23 Apr 2022, 23:48
Harry Ridwan Dibaca : 527Dhiya Ihsan Ramadhan, dr dan Dr. M. Rizki Akbar, dr., MKes., SpJP(K)
Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran / Instalasi Pelayanan Jantung RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
Berpuasa merupakan salah satu dari rukum islam yang dimiliki oleh umat islam di seluruh dunia. Kondisi berpuasa selama 1 bulan di bulan Ramadhan akan menjadi tantangan tersendiri yang akan dihadapi oleh umat muslim yang memiliki penyakit jantung dikarenakan akan ada perubahan gaya hidup yang biasa dilakukan baik dari jadwal makan, tidur hingga minum obat.
Apakah berpuasa dapat membahayakan penderita penyakit jantung?
Secara umum, penderita yang memiliki penyakit jantung yang stabil dapat melakukan puasa dengan baik bahkan sampai penuh 1 bulan. Kondisi stabil yang dimaksud adalah kondisi dimana keluhan penderita dapat terkontrol dengan baik menggunakan tatalaksana dan pengobatan yang dilakukan disertai tidak adanya kondisi yang mengancam nyawa. Menurut hasil penelitian, berpuasa tidak memperberat kondisi pennderita penyakit jantung. Puasa juga tidak meningkatkan risiko terjadinya serangan jantung. Semua itu dapat terjadi jika puasa dilakukan sesuai dengan anjuran yang diberikan
Bagaimana anjuran mengonsumsi makanan dan minuman yang tepat dan sehat ketika berpuasa?
Penderita penyakit jantung memiliki kondisi yang berbeda pada setiap individunya. Agar dapat menjalankan puasa dengan baik, maka setiap penderita penyakit jantung harus berkonsultasi dengan dokter agar dapat dirumuskan bagaimana panduan yang paling sesuai.
Secara garis besar, pada penderita yang mengalami gagal jantung (sering dikenal dengan sebutan lemah jantung atau bengkak jantung) harus melakukan pembatasan asupan cairan dan garam yang dikonsumsi. Penderita gagal jantung hanya boleh mengonsumsi cairan sebanyak kurang dari 1500-2000cc (tergantung kondisi pasien) atau sekitar 6-8 gelas (dengan ukuran 1 gelas 250cc) per hari dan asupan garam sekitar 3,75gram (1500mg natrium) atau sekitar 4/5 sendok teh per hari (asupan maksimal garam yang masih diperbolehkan adalah 2300mg natrium atau 5 gram garam yang setara dengan 1 sendok teh). Perhitungan jumlah cairan yang dikonsumsi harus meliputi juga cairan yang berada pada makanan seperti kuah pada makanan yang berkuah. Hal tersebut yang sering kali tidak dilakukan dikarenakan penderita khawatir akan kehausan. Alasan lain yang sering kali membuat penderita tidak menjalankan anjuran tersebut adalah karena terbawa suasana dan rasa lapar sehingga mengonsumsi makanan dan minuman secara berlebihan terutama ketika berbuka puasa. Jumlah asupan yang dirumuskan untuk penderita adalah jumlah asupan selama 1 hari. Sehingga jumlah tersebut harus dibagi dengan baik, terutama ketika sahur dan berbuka puasa agar tidak terlalu banyak pada satu waktu karena dapat memperberat kondisi penderita,
Bagaimana anjuran mengonsumsi obat yang tepat saat berpuasa?
Penderita penyakit jantung memiliki berbagai obat yang harus dikonsumsi dengan jadwal dan dosis masing-masing. Hal tersebut tentu dapat terganggu dikarenakan pada saat berpuasa penderita tidak dapat mengonsumsi obat terutama jika dijadwalkan pada siang hari (setelah sahur dan sebelum buka). Penderita diharuskan berkonsultasi dengan dokter agar dapat dilakukan pengaturan atau penggantian obat menjadi 1 atau 2 kali per hari sehingga tidak mengganggu kegiatan puasa. Jika mengonsumsi obat dengan jadwal 2 kali per hari, maka dilakuakan dengan jarak terjauh (misal pada saat berbuka dan yang selanjutnya di akhir sahur). Jika mengonsumsi obat yang membuat banyak buang air kecil, maka dianjurkan diminum pada saat setelah berbuka puasa. Mengonsumsi obat yang membuat sering buang air kecil tidak dianjurkan setelah sahur, dikarenakan akan meningkatkan risiko kekurangan cairan dan gangguan elektrolit. Penderita dilarang mengganti sendiri jadwal minum obat maupun mengganti dosis dari obat yang diminum karena dapat membahyakan penderita.
Apakah berpuasa memberikan manfaat untuk tubuh?
Menurut penelitian, berpuasa memberikan dampak yang baik pada tubuh. Berpuasa dapat menurunkan risiko terjadinya gangguan metabolisme pada butuh (darah tinggi, gula darah tinggi atau diabetes, kolesterol tinggi dan berat badan berlebih). Penelitian menunjukan pada saat berpuasa di bulan Ramadhan terjadi penurunan jumlah dari total kolesterol dan kolesterol jahat disertai kenaikan kolesterol baik. Berpuasa di bulan Ramadhan juga dapat menurunkan lingkar pinggang (terutama pada wanita) disertai dengan perbaikan fungsi pembuluh darah. Namun semua manfaat tersebut dipengaruhi dengan pola makan dan gaya hidup yang dilakukan ketika berpuasa di bulan Ramadhan. Makan dan minum yang berlebih pada saat sahur dan berbuka puasa disertai dengan minimnya aktivitas harus dihindari. Makanan yang bergizi seimbang lebih diutamakan dibandingkan makanan dengan kadungan gula dan lemak yang tinggi.
Agar dapat berpuasa dengan baik penderita penyakit jantung harus berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter dan menjalankan anjuran-anjuran yang diberikan. Jika kondisi tubuh dalam keadaan yang tidak stabil atau berpuasa dapat membahayakan diri, maka berpuasa di bulan Ramadhan menjadi tidak wajib. Namun sebaiknya bulan Ramadhan tetap dimaksimalkan dengan ibadah-ibadah lainnya.